Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria menghadiri kegiatan Ngopi Bareng: Perguruan Tinggi di Tengah Situasi Dunia yang Tak Menentu, dalam rangka Dies Natalis Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (18/7/2025). Dalam kegiatan tersebut, Prof. Arif menekankan peran perguruan tinggi sebagai agen utama dalam transisi industri 4.0 menuju era society 5.0.
Prof. Arif menjelaskan, pada era 5.0 kecerdasan buatan (AI), teknologi digital, dan manusia bekerja berdampingan secara harmonis. Hal ini pun memberikan dampak besar bagi revolusi industri saat ini.
“Beberapa hal yang terdampak antara lain; industri, pemerintahan, sosio-ekonomi, individu, mengaburkan batas antara digital/siber dengan ruang fisik, serta mempengaruhi masyarakat secara luas,” ujar Prof. Arif.
Berdasarkan data World Future Skill Index 2025, Indonesia menempati urutan ke-43 di dunia dalam hal pemahaman dan penggunaan AI. Termasuk pada riset dan inovasinya.
Kendati demikian, Prof. Arif mengatakan, saat ini ada lima ketrampilan yang tidak bisa digantikan dengan AI dan tengah berkembang pada lima tahun terakhir. Kelimanya berasal dari bidang lingkungan.

Kelima keterampilan ini, kata dia, semakin relevan karena berakar pada pemahaman ekologis, sosial, dan geografis yang kompleks sehingga belum bisa digantikan sepenuhnya oleh AI, bahkan di era digital.
“Yang pertama adalah Ilmu Lingkungan, Konservasi & Mitigasi Perubahan Iklim, lalu Pertanian, Agroforestri dan Ekologi Tanah, ketiga Manajemen Air & Hidrologi (termasuk perangkat lunak pemodelan hidrologi), keempat Energi Terbarukan, Pemanasan Panas Bumi & Manajemen Karbon, terakhir Konservasi Satwa Liar dan Keanekaragaman Hayati,” jelasnya.
Oleh karenanya, Prof. Arif pun mengingatkan perguruan tinggi agar tidak berhenti belajar dan terus mengikuti perkembangan zaman. Sebab, perguruan tinggi harus menjadi agen utama dalam transisi menuju era society 5.0.
“Pada hari kita akan mati, jadi kematian itu sebenarnya bukan kematian secara fisik, tapi kematian secara sosial. Karena kita tidak mampu beradaptasi, karena kita tidak mampu menjadi pembelajar. Maka itu life-long learning menjadi skenario harus kita perkuat,” tegasnya.

