Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, tekankan pentingnya peran pendidikan tinggi dalam menciptakan inovasi kewirausahaan atau innopreneurship, yang mampu menjawab tantangan zaman dan mendorong akselerasi pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Hal itu disampaikan Arif saat menjadi narasumber dalam Leadership Forum bertema “One Vision One Team”, dengan membawakan materi bertajuk Innopreneurship dan Transformasi Pendidikan Tinggi Menuju Indonesia Emas di Kota Surakarta, Jumat (16/5/2025).
Arif menyampaikan, di masa kini terdapat tren perubahan dan tantangan dalam pendidikan tinggi. Di antaranya, terjadi disrupsi pembelajaran di mana banyak keterampilan yang dimiliki saat ini, tidak diperlukan lagi di masa depan.
Ia melanjutkan, saat ini terdapat sertifikasi kompetensi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mahasiswa setelah melaksanakan proses pembelajaran praktik terhadap serangkaian keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam waktu yang relatif singkat atau yang dikenal sebagai microcredentials.
Berdasarkan data dari Survey Coursera pada 2023, 86 persen mahasiswa setuju bahwa microcredentials membantu para mahasiswa meyakinkan para pengguna kerja. Termasuk 85 persen pimpinan universitas juga setuju bahwa microcredentials penting untuk pendidikan masa depan.
“Oleh karenanya pada 2023 hingga 2024, IPB menyiapkan 17 ribu akun user microcredentials sebagai program yang dapat memberikan nilai tambah kepada lulusan IPB. Tercatat ada 21.500 courses microcredential yang disediakan LinkedIn Learning, Coursera, dan Udemy dengan berbagai skill competencies yang disediakan,” kata Arif.
Sebagai institusi pendidikan tinggi, Arif mengatakan, IPB University memiliki visi dalam menciptakan dan mengembangkan innopreneurship. IPB pun melakukan pemetaan bakat terhadap para mahasiswanya, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan karir lewat program-program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Arif menyebut, dari hasil pemetaan bakat mahasiswa baru IPB University periode 2020 hingga 2022, 43 persen di antaranya berminat untuk menjadi wirausahawan. Sedangkan sisanya berminat untuk menjadi profesional, birokrat, dan akademisi atau peneliti.
“Saya menghadiri pelepasan ekspor perdana produk inovasi mahasiswa IPB ada Maret 2024, yaitu Healthy Chips atau keripik sehat dari buah dan sayur yang diekspor ke Amerika Serikat. Di bulan April 2025 mahasiswa IPB juga mengekspor pinang hasil inovasi ke India, Pakistan, dan Bangladesh,” ujarnya.
Di samping itu, Arif menjelaskan, IPB University mengembangkan ekosistem technopreneurship melalui model integratif yang menghubungkan riset, inovasi, dan industri di Science Techno Park IPB. Dengan pendekatan ini, IPB mendorong terbentuknya technopreneur muda yang mampu memperkuat daya saing nasional dan mendukung terwujudnya visi Indonesia Emas 2045.
“Di dalam Science Techno Park IPB ini terdapat Startup Center. Hingga tahun 2023, sebanyak 438 startup telah diinkubasi melalui program ini, dengan 29 persen berada dalam skema inwall, sementara 71 persen lainnya dalam skema outwall. Keberhasilan program ini tercermin dalam success rate sebesar 65 persen,” jelasnya.
Tidak hanya kepada mahasiswa, Arif mengatakan, IPB University juga memadukan jiwa kewirausahaan dengan semangat sosial dan kepedulian pada lingkungan atau sociopreneurship, sekaligus pengembangan masyarakat di sekitar lingkungan kampus.
“Kami melakukan pendampingan teknologi, akses pasar, penguatan kelembagaan, dan capacity building lewat Community Learning Center IPB. Hingga saat ini, sudah ada 6.675 desa di Indonesia menjadi mitra IPB dan melibatkan 67.781 orang dari ribuan desa tersebut,” ucapnya.

