
Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria menegaskan pentingnya membangun ekosistem inovasi dan kewirausahaan untuk mendukung hilirisasi dan industrialisasi nasional.
Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Pelantikan dan Dialog Kebangsaan untuk mengukuhkan kepengurusan Pimpinan Pusat Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PP KBPII) 2024–2028 di Gedung MPR, Jakarta, Minggu (3/8/2025).
Prof. Arif menyebutkan, inovasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis, yaitu incremental, radical, architectural, dan disruptive innovation.
“Inovasi tidak selalu harus menciptakan hal baru dari nol. Memanfaatkan yang sudah ada dengan cara berbeda pun bisa berdampak besar,” tegasnya.
Untuk mempercepat proses inovasi dan industrialisasi, menurut Prof. Arif, perguruan tinggi perlu berperan aktif melalui penguatan riset, technopreneurship, dan teaching industry.
IPB University, lanjut dia, telah mengembangkan Science Techno Park sebagai pusat penguatan ekosistem inovasi kampus. Teaching industry di dalamnya mencakup produk minuman, pakan ternak, hingga pengolahan sawit.
“IPB mengembangkan ekosistem technopreneurship melalui model integratif yang menghubungkan riset, inovasi, dan industri. Pendekatan ini mendorong lahirnya technopreneur muda yang memperkuat daya saing nasional,” jelasnya.

Salah satu komponen utama dalam Science Techno Park IPB University adalah Startup Center, yang berperan penting dalam mencetak technopreneur muda dan mempercepat hilirisasi inovasi kampus.
Startup Center menyediakan lima layanan utama: pengembangan teknologi dan kerja sama R&D, inkubasi bisnis teknologi, layanan alih teknologi, manajemen kekayaan intelektual, serta komersialisasi inovasi.
Salah satu contoh nyata keberhasilan inovasi riset kampus, terlihat dari hilirisasi varietas kentang unggul Katineung (PKHT-6) hasil pemuliaan Prof. Dr. Ir. Agus Purwito. Dimana produk ini baru diluncurkan pada 22 Juli lalu.
Inovasi ini dihilirisasi menjadi produk Botani Chips, yang merupakan keripik kentang berbasis varietas lokal unggulan, sekaligus representasi keberhasilan hilirisasi riset pertanian menjadi produk komersial.
Selain itu, Prof. Arif menyampaikan, IPB memiliki rangkaian program pembinaan kewirausahaan mulai dari business planning, mentoring, hingga inkubasi. Program ini diintegrasikan sejak mahasiswa berada di semester 3 dan 4 melalui Startup School, yang kemudian berlanjut ke tahap business incubation di Startup Center.
“Hasilnya, sejumlah mahasiswa IPB berhasil menembus pasar ekspor sejak semester 5, seperti ekspor Healthy Chips ke Amerika Serikat, pinang dari Jambi ke India, Pakistan, dan Bangladesh, serta ubi jalar ke Singapura dan Malaysia,” ucapnya.

