Membangun Bangsa: Pesan Rektor IPB dari Bukit Shafa dan Marwah

Tangkapan layar - Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, dalam konferensi pers penyelenggaraan ibadah haji 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Senin (9/6/2025). (dok. Youtube Kemenag)
Tangkapan layar - Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, dalam konferensi pers penyelenggaraan ibadah haji 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Senin (9/6/2025). (dok. Youtube Kemenag)

Tak hanya memaknai perjuangan Siti Hajar, Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria juga menilai kisah di Bukit Shafa dan Marwah merupakan semangat untuk membangun bangsa dengan ilmu pengetahuan. Sebab, Bukit Shafa dan Marwah menjadi asbabun nuzul atau latar belakang diturunkannya ayat Al Quran terkait dengan ulul albab (orang-orang yang berakal).

Dalam konferensi pers yang digelar Kementerian Agama secara daring dari Kota Makkah pada Senin (9/6/2025), Prof. Arif bercerita, pada saat itu Suku Quraisy bertanya pada umat Nabi Musa tentang kelebihan Nabi Musa, maka umat Nabi Musa mengatakan bahwa Nabi Musa memiliki mukjizat tongkat. Kemudian Suku Quraisy bertanya kepada umat Nasrani tentang apa kelebihan Nabi Isa, maka umat Nasrani menjawab Nabi Isa memiliki mukjizat bisa menghidupkan orang mati dan bisa menyembuhkan penyakit kusta.

Prof. Arif melanjutkan, Suku Quraisy kemudian bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘bisakah kau membuat Shafa dan marwah menjadi bukit emas untuk Suku Quraisy?’. Maka Rasulullah kemudian memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk memberikan jawaban kepada suku Quraisy. 

Sehingga turunlah ayat yang dikenal sebagai fondasi bagi ulul albab, yakni QS Ali ‘Imran Ayat 190:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

Menurut Prof. Arif, mereka yang tergolong ulul albab ialah orang-orang yang senantiasa mampu menyeimbangkan antara proses berpikir dan zikir. Sehingga ulul albab meyakini bahwa tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia, termasuk diciptakannya Bukit Shafa dan Marwah.

“Oleh karena itu, suatu hal yang penting bagi kita untuk membuktikan bahwa ciptaan Allah itu tidak ada yang sia-sia. Maka kita harus hadir dengan kekuatan sains, kekuatan ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan adalah instrumen yang penting untuk menguat rahasia alam, untuk menguat rahasia kebesaran Allah SWT,” kata Prof. Arif.

Lebih lanjut, ia mengatakan, apabila manusia memiliki bekal ilmu pengetahuan dan sains yang kuat, ditambah sifat ketangguhan, kerja keras, pantang menyerah, yang diiringi oleh keimanan, ketawakalan, kesabaran, dan keikhlasan seperti yang ditunjukkan oleh Siti Hajar, bisa menjadi karakter yang sangat penting dalam membangun peradaban baru nanti. 

Dengan karakter yang baik dan hati yang suci, Prof. Arif menyebut hal itu bisa memandu bagaimana implementasi ilmu pengetahuan yang kita miliki ini untuk kemaslahatan. Sebagaimana proses ibadah Haji yang penting bagi umat muslim, untuk mengerahkan kemana harus memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk kemaslahatan.

“Saya kira dua hal tadi, menjadi benih bagi tembunya peradaban baru ke depan apalagi kita punya mimpi besar agar Indonesia menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang baik dengan Tuhan yang Maha Pengampun); dengan kekuatan hati kekuatan zikir dan juga kekuatan fikir,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *