
Sebagai peringkat ke-10 universitas terbaik di Asia tahun 2025 (berdasarkan jurusan pertanian dan kehutanan), Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria menyampaikan inisiatif strategis ketahanan pangan dan inovasi berkelanjutan, dalam upaya peningkatan kerja sama pertanian antara Indonesia dan Belanda.
Hal itu disampaikan Arif pada Kunjungan Misi Ekonomi Indonesia terkait Teknologi Pertanian Presisi ke Belanda, dalam Delegasi RI yang dipimpin Wakil Menteri Pertanian RI Sudaryono pada 27 April hingga 3 Mei 2025, serta melibatkan akademisi, peneliti, ahli, dan stakeholder di bidang pertanian Indonesia. Kunjungan ini dilaksanakan berdasarkan arahan dan penugasan Presiden RI Prabowo Subianto, dalam rangka mencapai program prioritas nasional, yaitu swasembada pangan melalui pembelajaran dari Belanda tentang penerapan teknologi digital di bidang pertanian.
Arif dalam pemaparan yang dilakukan di Wageningen University menjelaskan saat ini IPB University memiliki 10 program aksi ketahanan pangan 2025. Pertama, IPB melakukan pengadaan 3.156 ton benih padi varietas unggul miliknya ke Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Lalu IPB melaksanakan perluasan Kampung Inovasi IPB untuk padi sawah dan lahan kering seluas 1.125 Hektare.
“Dalam hal ini kami bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti CV Sari Bumi Nusantara, Himpunan Alumni IPB Subang, dan Kementan di Desa Inovasi IPB, Desa Kirasari, Compreng Subang, Sukabumi, Bogor, IKN, dan Papua,” ucapnya.
Strategi lain, kata Arif, IPB membentuk Pusat Inovasi Padi IPB-KOICA di Kampus IPB. Termasuk pengembangan Padi Sawit IPB 9G tanaman tumpang sari di areal peremajaan kelapa sawit rakyat.
Di sisi lain, ia melanjutkan, IPB University memiliki Sekolah Peternakan Rakyat di 15 provinsi di Indonesia. Di mana Sekolah Peternakan Rakyat ini bekerja sama dengan pemerintah daerah terkait, dan Kementan RI.
“IPB memiliki Smart Green House, Plant Factory dan Agri-Photovoltaic untuk memproduksi tanaman bernilai tinggi. Smart Green House yang kami miliki dilengkapi dengan berbagai sistem kendali seperti suhu, nutrisi, pencahayaan, dan pengayaan CO2,” jelasnya.
Saat ini, kata Arif, petani di pulau Jawa dan Sumatera mendapatkan integrasi data cuaca dan iklim yang didapat dari 100 Automatic Weather Stations (AWS) atau Stasiun Cuaca Otomatis yang ada di dalam aplikasi IPB Digitani. Inovasi Agroforestri Tahan Iklim di Lahan Perhutanan Sosial seluas 2.000 Hektare juga dikembangkan.
“Kami juga memiliki inovasi Akuakultur dan Peternakan Adaptif terhadap Perubahan Iklim serta membentuk Centre of Excellence untuk program Makanan Bergizi Gratis yang dapat memproduksi 6.000 porsi makanan per hari. Dua program ini didukung oleh UNICEF, Bappenas, dan Bank Mandiri,” ujarnya.
Kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat kerja sama pertanian antara kedua negara dan mencapai target kerja sama pertanian untuk mencapai program prioritas nasional saat ini, serta memberikan dampak bagi Indonesia, terutama dalam meningkatkan daya saing dan keberlanjutan sektor pertanian yang akan berdampak pada SDM pertanian serta UMKM. Terlebih, IPB yang telah berkolaborasi dengan Wageningen University sebagai universitas bereputasi di Belanda dipercaya akan berdampak pada peringkat IPB University di tingkat Global.

