Rektor IPB: Kekuatan Pertanian Masa Depan Tergantung pada Inovasi

Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria menyebut bahwa kekuatan pertanian masa depan tergantung pada inovasi. Menurutnya, kemandirian teknologi pangan dan teknologi pertanian yang merupakan tugas perguruan tinggi juga menjadi keharusan.

Oleh karenanya, Arif mengatakan, IPB University terus meningkatkan riset dan inovasi, termasuk di bidang pertanian. Ia pu berterima kasih kepada Kementerian Pertanian dan kementerian terkait yang terus mendukung IPB dalam peningkatan inovasi.

“Inilah tugas perguruan tinggi dan kami terima kasih kepada Pak Wamen, Pak Mentan dan juga kementerian dan pemerintah yang memberikan support kepada IPB untuk terus meningkatkan inovasinya. Karena kekuatan pertanian masa depan itu sangat tergantung pada inovasi di bidang pertanian,” ujarnya usai peluncuran inovasi produk pertanian, Rabu (14/5/2025).

Di samping itu, kata Arif, IPB University terus memperkuat empat hal dalam bidang riset yang berkaitan dengan inovasi. Antara lain sumber daya manusia atau periset, fasilitas, tema, dan dana riset.

“Dan kalau bicara inovasi kita bicara riset, Insya Allah empat hal inilah yang terus kita perkuat agar riset-riset di bidang pertanian ini bisa semakin handal dan kita bisa menginspirasi. Tidak hanya untuk pertanian di Indonesia tapi juga pertanian di dunia,” jelasnya.

Ia mengatakan, saat ini IPB University memiliki orientasi agar bagaimana inovasi-inovasi IPB menjadi prioritas untuk nasional. Serta bagaimana agar inovasi-inovasi tersebut bisa menginspirasi dunia.

“Nah oleh karena itu riset di bidang pertanian ini saya kira sudah menjadi keniscayaan, dan Alhamdulillah solusi terhadap pangan ini, riset-riset varietas di IPB sudah sangat banyak,” ucapnya.

Arif menyebut, saat ini IPB University memiliki 145 varietas dari hasil inovasi. Di mana 23 di antaranya merupakan padi unggul yang sangat diminati dan sudah diterapkan.

Beberapa di antaranya, kata dia, padi IPB 3S sudah diterapkan di 26 provinsi di Indonesia, pepaya california (Calina) yang sudah diekspor ke 11 negara, dan kedelai dengan potensi 4,6 ton per hektare.

“Jadi artinya inovasi-inovasi sudah sangat banyak, termasuk bawang putih kita lakukan inovasi. Karena itu kami dengan Kementan terus berkolaborasi, agar inovasi-inovasi ini bisa dimanfaatkan untuk pendidikan rakyat,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *