IPB University menggelar The 3rd International Symposium on Aquatic Sciences and Resources Management (ISARM H2O 2025) sebagai upaya memperkuat sinergi antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan aksi nyata dalam pengelolaan sumber daya perairan.
Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, menyampaikan, simposium ini menjadi forum penting untuk merespons tantangan pengelolaan perairan secara berkelanjutan di tengah tekanan eksploitasi, polusi, perubahan iklim, dan pembangunan yang tidak terkoordinasi.
“Tema tahun ini, ‘Highland to Ocean (H2O): Innovative Strategies for Sustainable Aquatic Resources Management – Connecting Science, Policy, and Action’ mencerminkan komitmen kolektif kita untuk membangun jembatan lintas disiplin ilmu, sektor, dan wilayah demi pengelolaan ekosistem perairan yang berkelanjutan,” ujarnya saat membuka acara, Kamis (19/6/2025).
Sebagai negara kepulauan dengan kekayaan hayati perairan yang luar biasa, Prof. Arif mengatakan, Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam melestarikan dan mengelola sumber daya perairan pedalaman dan laut. Namun, tekanan terhadap ekosistem tersebut semakin meningkat.
Oleh karena itu, ia mengatakan, forum ilmiah seperti ISARM H2O berperan penting dalam mendorong kolaborasi dan pertukaran strategi lintas sektor dan negara. Di mana orum ini menyediakan wadah bagi para ilmuwan, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk bertukar pengetahuan, berbagi strategi inovatif, dan mendorong kolaborasi.
“Dengan memperkuat hubungan antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan solusi yang dapat ditindaklanjuti, kita dapat membuka jalan bagi pengelolaan sumber daya perairan berkelanjutan yang tidak hanya mendukung kesehatan ekosistem tetapi juga mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
ISARM H2O 2025 diselenggarakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) serta Kantor Kolaborasi Internasional (ICO) IPB University, dengan dukungan dari berbagai mitra nasional dan internasional. Prof. Arif berharap simposium ini tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga tumbuh menjadi jaringan kolaborasi jangka panjang yang berdampak nyata.
“Kami berharap simposium ini tidak hanya berfungsi sebagai forum berbagi pengetahuan tetapi juga berkembang menjadi jaringan kolaborasi jangka panjang yang mendorong hasil ilmiah dan berorientasi kebijakan yang berdampak,” kata Prof. Arif.

