Monumen IPB di Cibulao: Bukti Kehadiran Kampus di Tengah Perubahan Masyarakat

Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria bersama jajaran pimpinan meresmikan Monumen IPB di kawasan Puncak, tepatnya di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Monumen ini menjadi penanda hadirnya IPB dalam mendampingi masyarakat yang dulunya dikenal sebagai “perambah” hutan, kini menjadi petani kopi konservasi berprestasi di tingkat nasional.

“Cibulao ini adalah satu sentra kopi, binaan IPB, dampingan IPB, yang kemudian memiliki dampak perubahan sosial yang begitu dahsyat. Ini hanya salah satu dari sekian program IPB di lapangan yang membuat masyarakat semakin baik kehidupan ekonominya, semakin baik pendidikannya, semakin baik kesadaran terhadap lingkungannya,” ujar Prof. Arif, Rabu (18/6/2025).

Monumen IPB didirikan di tengah hamparan kebun teh, hanya beberapa meter jaraknya dari Kedai Bukit Kopi Cibulao Puncak. Lokasinya juga berada di kawasan wisata Telaga Saat, atau yang juga dikenal sebagai Titik 0 KM Sungai Ciliwung.

Monumen ini, kata Prof. Arif, sekaligus menjadi pengingat akan ikhtiar panjang yang dirintis oleh Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB lebih dari satu dekade lalu, yang kini berbuah nyata.

“Yang paling penting lagi adalah bagaimana menjaga sustainability (keberlanjutan) dari kawasan ini. Insyaallah ini berkah untuk kita semua,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Prof. Arif juga mengapresiasi peran Kelompok Tani Hutan (KTH) Cibulao yang terus berkolaborasi dengan IPB. Terutama dalam menjaga kelestarian kawasan dan mengembangkan kopi konservasi.

“Terima kasih sudah bersama-sama membuat Cibulao menjadi pusat kopi yang sangat bergengsi, menghasilkan produk yang berkualitas, dan yang paling penting lagi adalah bisa melakukan proses perubahan sosial ke arah yang lebih baik terkait dengan soal kelestarian, terkait dengan soal pembangunan,” tuturnya.

Ia pun menyoroti perubahan nyata di sektor pendidikan yang terjadi di kawasan tersebut sebagai hasil dari peningkatan ekonomi warga. Di antaranya ialah bertambahnya jumlah sekolah.

“Kenapa semakin banyak sekolah? Karena ekonomi semakin baik, karena budidaya kopi berhasil. Dan inilah intervensi dari P4W, Pak Ernan dan kawan-kawan 11 tahun lalu, yang kemudian hasilnya bisa kita rasakan sekarang,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *