Sampaikan Makna Ibadah Haji, Rektor IPB: Meneladani Perjuangan Siti Hajar

Rektor IPB, IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, Tangkapan layar - Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, dalam konferensi pers penyelenggaraan ibadah haji 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Senin (9/6/2025). (dok. Youtube Kemenag)

Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria yang sedang bertugas menjadi tim Amirul Hajj menyampaikan, perjuangan dan ketangguhan Siti Hajar di Bukit Shafa dan Marwah mencari air bagi buah hatinya, Nabi Ismail AS, patut dijadikan teladan. Napak tilas Siti Hajar berjalan dari Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali sepanjang 3 kilometer, kini terabadikan sebagai ritual Sa’i dalam ibadah Haji.

Prof. Arif dalam konferensi pers Kementerian Agama (Kemenag) pada Senin (9/6/2025) yang digelar secara daring dari Kota Makkah menjelaskan, Bukit Shafa dan Marwah yang kini menjadi tempat sakral, dulunya merupakan bukit yang sangat tandus. Di bukit tandus tersebut, Siti Hajar bekerja keras berlari kecil dari Bukit Shofa ke Bukit Marwah hingga tujuh kali. 

Pada akhirnya, kata Prof. Arif,  Allah memberikan karunia berupa air kepada Siti Hajar dan Ismail yang sewaktu itu masih bayi. Energi Siti Hajar untuk bertawakal, ikhlas, sabar, dan tangguh di tengah ketidakpastian itu merupakan bentuk kasih sayang, cinta, dan tanggung jawabnya terhadap Ismail. Serta kesetiaannya kepada Nabi Ibrahim AS, dan ketaatan kepada Allah SWT.

“Oleh karena itu, salah satu hikmah yang paling penting dalam melihat Shafa dan Marwah, melihat napak tilas Siti Hajar, adalah bahwa kesabaran bukanlah kondisi pasif, bahwa tawakal bukanlah kondisi pasif, tapi adalah merupakan elemen penting, merupakan baterai bagi sebuah perjuangan,” ujar Prof. Arif yang juga Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Ia menyebut, kerja keras merupakan sebuah karakter yang harus ditunjukkan. Sedangkan ketangguhan seperti yang dilakukan Siti Hajar, adalah karakter yang harus diwujudkan.

“Karena dalam mengemban misi kita seperti khalifah fil ardh, maka diperlukan perjuangan sehingga kita selalu dalam suasana yang dinamis,” ucapnya.

Bahkan, kata Prof, Arif,  Allah SWT akan terus menilai manusia dari kualitas pekerjaannya yang akan membuktikan kualitas unggul dari manusia itu sendiri.

Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Mulk ayat 2:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,

Jadi, kata-kata ‘ahsanu ‘amala’ jadi kualitas kerja itu merupakan komponen penting, dalam membangun kualitas pribadi unggul kita,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *