Empat Guru Besar IPB University Paparkan Gagasan Inovatif dalam Sidang Terbuka Orasi Ilmiah

Orasi Ilmiah empat Guru Besar Tetap IPB University, di Auditorium Andi Hakim Nasution, Sabtu (24/5/2025). Dok. IPB

IPB University kembali mengukuhkan komitmennya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berdampak bagi masyarakat melalui Sidang Terbuka Orasi Ilmiah Guru Besar, Sabtu (24/5/2025) di Auditorium Andi Hakim Nasution. Acara ini dipimpin langsung oleh Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria dan menghadirkan empat Guru Besar Tetap dari berbagai fakultas yang menyampaikan pemikiran strategis di bidang keilmuan masing-masing. 

Diharapkan segala implikasi dari penyajian keempat Guru Besar untuk pengembangan keilmuan di IPB University, dan untuk kemaslahatan umat manusia dapat terus ditindaklanjuti dan dikembangkan di masyarakat.

Orasi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Purnama Hidayat dari Fakultas Pertanian, yang mengangkat peran penting biodiversitas serangga dalam kemajuan sains dan pertanian. Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa serangga mencakup 80 persen jenis hewan di bumi dan memiliki nilai jasa penyerbukan yang secara global diperkirakan mencapai US $235 hingga US $577 miliar per tahun. 

Angka ini, disebutnya setara atau bahkan melampaui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Ia pun menekankan pentingnya konservasi dan pemanfaatan potensi serangga dalam menjawab tantangan pangan, perubahan iklim, dan degradasi lingkungan, sekaligus mendorong kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya ekosistem serangga.

“Oleh karena itu, saya mengajak kita semua—akademisi, pemerintah, industri, media, dan masyarakat luas—untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap dunia serangga. Jangan lagi melihat mereka sekadar sebagai hama atau gangguan, melainkan sebagai makhluk kunci dalam ekosistem dan sumber inspirasi masa depan,” ujarnya.

Selanjutnya, Prof. Dr. drh. Yusuf Ridwan dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis memaparkan pentingnya pengendalian cacing parasit zoonotik pada hewan kesayangan melalui pendekatan One Health. Ia menekankan bahwa hubungan erat antara manusia dan hewan peliharaan, meski membawa manfaat psikososial, juga memiliki risiko kesehatan jika tidak dikelola dengan baik. 

Pendekatan One Health yang melibatkan edukasi, peningkatan literasi kesehatan, dan kolaborasi lintas sektor dinilai efektif dalam mencegah penyebaran penyakit zoonotik.

“Dengan meningkatkan literasi kesehatan masyarakat dan mendorong keterlibatan aktif dalam pengendalian parasit zoonotik, pendekatan One Health dapat diimplementasikan secara lebih menyeluruh dan berkelanjutan di tingkat masyarakat,” ucapnya.

Dari Fakultas Peternakan, Prof. Dr. Ir. Epi Taufik memaparkan hasil penelitiannya terkait eksplorasi molekul bioaktif oligosakarida dari susu ternak perah. Ia menguraikan potensi oligosakarida sebagai senyawa fungsional yang mendukung kesehatan pencernaan, imunitas, dan perkembangan kognitif manusia. 

Dengan dukungan riset dan pengembangan industri susu fungsional, Indonesia berpeluang besar dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Ia juga menyoroti pentingnya integrasi susu dalam program-program nasional seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) guna menyiapkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.

“MBG dengan susu sebagai bagian integral dari program tersebut dapat menjadi accelerator sekaligus disseminator dalam mempercepat produksi dan menyebarluaskan konsumsi susu terutama di kalangan anak-anak dan remaja Indonesia. Dengan demikian, cita-cita terciptanya generasi terbaik saat Indonesia Emas 2045 bukanlah sebuah utopia,” kata Epi.

Orasi terakhir disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Iman Rusmana dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), yang mengangkat tema peran ekologis bakteri pereduksi nitrat di ekosistem akuatik dan aplikasinya dalam sistem pertanian serta akuakultur. Ia menjelaskan bahwa bakteri ini mampu menekan emisi gas rumah kaca dan menjaga kualitas air, yang berdampak langsung pada produktivitas lahan sawah dan keberhasilan budidaya udang. 

Berdasarkan hasil penelitian di tambak udang windu, aplikasi formulasi bakteri pereduksi nitrat meningkatkan kelangsungan hidup udang hingga 80 persen dan hasil panen sebesar 160 persen dibandingkan metode konvensional. Temuan ini menjadi bukti nyata bahwa pendekatan berbasis mikroorganisme dapat menjadi solusi ramah lingkungan dalam menghadapi tantangan produksi pangan global.

“Oleh karena itu formulasi bakteri pereduksi nitrat terpilih ini dapat diaplikasikan oleh petambak udang untuk menjaga keberhasilan budidaya udangnya,” jelasnya.

IPB University melalui orasi ilmiah ini terus menunjukkan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya mendorong keunggulan akademik, tetapi juga menciptakan inovasi yang memberi dampak nyata bagi masyarakat dan pembangunan nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *