Rektor IPB University Sampaikan Gagasan Transformasi Pangan di The 2nd International Seminar on Food Science and Technology

Rektor IPB University Prof. Arif Satria menghadiri dan memberi sambutan pada The 2nd  International Seminar on Food Science and Technology (ISoFST 2025) yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik dan Teknologi Pertanian, IPB University, di Universitas Udayana, Bali, Rabu (5/11/2025). Forum ilmiah ini memiliki misi kuat untuk memajukan sistem pangan berkelanjutan dan mengeksplorasi sumber pangan alternatif yang penting untuk mencapai ketahanan pangan. 

“Konferensi ini tidak hanya tepat waktu tetapi juga krusial, karena bangsa kita menghadapi tantangan ganda, yaitu memastikan ketahanan pangan bagi populasi yang terus bertambah, sekaligus melindungi lingkungan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” ujar Prof. Arif dalam sambutannya.

Ia menjelaskan, Food and Agriculture Organization (FAO) melaporkan bahwa hanya 35 persen target SDG yang berada di jalur yang tepat atau hanya mencapai sedikit kemajuan. Khususnya untuk SDG 2  (bebas kelaparan), lebih dari 800 juta orang masih hidup dalam kemiskinan dan kelaparan ekstrem, di mana satu dari 11 orang masih menghadapi kelaparan. 

Kondisi ini, kata Prof. Arif, menunjukkan tujuan tersebut kemungkinan besar tidak akan tercapai pada batas waktu 2030. Sementara di tingkat nasional, sistem pangan Indonesia berada di titik kritis. 

“Kita menghadapi tekanan yang semakin besar akibat perubahan iklim, konversi dan degradasi lahan, serta pergeseran pola konsumsi. Oleh karena itu, transformasi berkelanjutan harus melampaui peningkatan produksi; transformasi tersebut harus melibatkan perancangan ulang bagaimana pangan diproduksi, diproses, didistribusikan, dan dikonsumsi dengan cara yang tangguh, berkeadilan, dan hemat sumber daya,” jelasnya.

Prof. Arif menegaskan, IPB University telah lama berada di garda terdepan dalam misi ini. IPB memainkan peran utama dalam memajukan sistem pangan berkelanjutan melalui penelitian terpadu dan interdisipliner untuk mengatasi tantangan kompleks yang mencakup efisiensi produksi, ketahanan gizi, dan ketahanan ekologi. 

Sejak beberapa dekade terakhir, IPB telah sangat aktif dalam mengembangkan teknologi dan inovasi untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri. Prof. Arif mengatakan, khusus untuk pertanian padi, IPB telah mendorong inovasi dalam pertanian berkelanjutan dengan mengembangkan sistem pertanian rendah emisi dan hemat sumber daya. 

Penelitian IPB di bidang bioteknologi telah menghasilkan berbagai inovasi di bidang biofertilizer, biopestisida, varietas benih, dan pangan biru. Dalam pengolahan pangan, lanjut dia, IPB University mempromosikan teknologi hijau, aplikasi nanoteknologi, dan sistem enzim-membran untuk menghasilkan bahan pangan fungsional dengan nilai gizi lebih tinggi dan limbah lebih sedikit. 

“Kontribusi IPB terhadap perumusan kebijakan dan perbaikan tata kelola telah diakui secara luas di tingkat nasional. IPB University telah memainkan peran strategis dalam membentuk kebijakan pangan dan gizi nasional melalui kolaborasi aktif dengan BAPPENAS, Kementerian Pertanian, dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dalam merumuskan strategi ketahanan pangan dan Rencana Aksi Nasional Pangan,” ujarnya.

Di samping itu, ia mengatakan, diversifikasi sumber pangan dan perubahan budaya pangan menjadi kunci penting dalam menciptakan sistem pangan yang tangguh. Menurutnya, penguatan rantai nilai pangan alternatif membutuhkan upaya terkoordinasi lintas sektor. Model yang dikembangkan IPB University adalah Triple Helix, yakni sinergi antara petani, industri, akademisi, dan pemerintah dalam membangun rantai inovasi pangan berkelanjutan.

“Melalui kemitraan dengan kementerian, pemerintah daerah, dan kolaborator internasional, IPB University berkomitmen membangun ekosistem inovasi yang membawa teknologi berkelanjutan dari laboratorium ke lapangan, dan dari lapangan ke pasar,” ucapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *