IPB University dan Badan Karantina Indonesia (Barantin) resmi menjalin kerja sama melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada Sabtu (27/9/2025) di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University.
Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, menegaskan pentingnya memperkuat pertahanan biologis sebagai bagian dari strategi nasional.
“Kalau selama ini kita lihat ancaman adalah ancaman yang selama ini orang menganggapnya bahwa ancaman yang informasi, ada ancaman militer. Tapi ancaman biologis ini juga ancaman yang harus diwaspadai terus,” ujarnya.
Prof. Arif mencontohkan pandemi COVID-19 yang menunjukkan dampak besar dari ancaman biologis. Menurutnya, virus sebagai ancaman tidak terlihat jauh lebih sulit ditangkal dibandingkan rudal. Karena itu, ia menekankan peran strategis Barantin.
“Olehkarena itu, ini saya sangat berharap bahwa badan karantina ini harus kuat, harus terus berkuat sebagai garda terdepan untuk pertahanan biologis,” tegasnya.
Selain pertahanan biologis, Prof. Arif menyebutkan pentingnya peran Barantin dalam menjaga kualitas produk ekspor Indonesia. Ia menambahkan, kerja sama ini mencakup pengembangan sumber daya manusia, riset, hingga inovasi teknologi.

“Seperti alat-alat yang semakin canggih untuk mendeteksi berbagai penyakit yang semakin canggih, mendeteksi berbagai virus yang semakin canggih. Jadi kerjasama ini saya kira kerjasama di bidang riset, kerjasama di bidang pendidikan, dan juga kerjasama di bidang yang lain,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Indonesia, Dr. Ir. Sahat Manaor Panggabean, menekankan urgensi kerja sama ini dalam memperkuat SDM dan menghadapi tantangan ke depan.
“Hari ini kami melakukan penandatanganan MOU dan kerjanya bersama. Ini pertama, kita ingin menguatkan SDM karantina karena kita tahu bahwa lebih dari 400 alumni IPB itu ada di pegawai karantina dan semuanya itu pimpinan, top level semua, decision maker semua. Jadi ini perlu untuk menguatkan karantina ke depan,” katanya.
Ia menjelaskan, tantangan berupa emerging disease dan re-emerging disease harus dijawab dengan dukungan akademisi dan riset. Sahat juga menekankan pentingnya pengawasan komoditas di perbatasan Indonesia yang rawan menjadi pintu masuk ancaman biologis.
“Sekarang ini perang yang akan terjadi adalah perang biologis, biosecurity kita harus kuat dan saya ingin karantina ini levelnya sama seperti negara-negara maju lainnya,” tegasnya.

