Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, menjadi salah satu narasumber dalam Diskusi Khusus 80th Indonesia Merdeka bertema “Bagaimana Kondisi, Pencapaian serta Tantangan Pendidikan, Sains, dan Teknologi Indonesia Setelah 80 Tahun Indonesia Merdeka”, yang digelar Forum Guru Besar dan Doktor Insan Cita, Senin (8/9/2025).
Dalam paparannya, Prof. Arif menekankan pentingnya perguruan tinggi untuk terus bereputasi melalui lulusan yang unggul, inovasi yang kuat, tata kelola yang baik, dan kontribusi nyata bagi masyarakat. Menurutnya, kekuatan perguruan tinggi harus dibangun dengan mencermati dinamika global, mulai dari perubahan iklim, revolusi industri 5.0, dampak pandemi COVID-19, hingga tantangan geopolitik dan proteksionisme baru.
“Resiliensi, transformasi, dan keberlanjutan merupakan tiga kata kunci yang harus menjadi perhatian dalam menghadapi perubahan global,” ujarnya.
Prof. Arif juga menyoroti momentum bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada 2030. Indonesia, katanya, perlu belajar dari pengalaman negara lain seperti Korea Selatan, Cina, dan Jepang yang berhasil memanfaatkan bonus demografi untuk kemajuan bangsa.
Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan ke depan sangat besar, khususnya terkait relevansi pembelajaran. Merujuk pada riset terkini, sekitar sepertiga dari apa yang diajarkan hari ini diperkirakan sudah tidak relevan dalam lima tahun ke depan. Karena itu, perguruan tinggi dituntut untuk terus memperbarui kurikulum, melakukan reskilling, dan mempersiapkan lulusan yang adaptif terhadap perubahan.
“Perkembangan artificial intelligence (AI) menjadi salah satu pemicu perubahan signifikan, bahkan diproyeksikan dapat menggantikan sejumlah profesi dalam satu dekade mendatang. Karena itu, perguruan tinggi harus mampu menyiapkan keterampilan baru yang relevan dengan perkembangan teknologi,” jelasnya.
Selain AI dan keterampilan digital, Prof. Arif menekankan pentingnya green skill atau keterampilan hijau yang kini semakin dibutuhkan dalam mendukung keberlanjutan. Bidang-bidang seperti environmental science dan konservasi menjadi kompetensi yang semakin relevan dalam era revolusi industri 5.0 yang mengedepankan aspek keberlanjutan.
Diskusi yang berlangsung secara daring ini menghadirkan sejumlah narasumber lain, antara lain Prof. Atip Latipulhayat, Prof. Heri Hermansyah, dan Prof. Fasli Jalal, dengan moderator Dr. Maifalinda Fatra dan host Kang Jana Tèa.

