Dalam rangka peringatan Dies Natalis ke-20 Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), IPB University menyelenggarakan kegiatan “Sharing Ideas Calon Guru Besar” yang dihadiri oleh Rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Arif menekankan pentingnya FEMA untuk adaptif terhadap perubahan lingkungan dan bersifat interdisipliner.
“Ilmu-ilmu sosial ke depan yang akan kita bangun bukan lagi ilmu sosial murni, tetapi sudah mulai interdisiplin dan transdisiplin, karena konteks lingkungan dan sosial kini harus diintegrasikan,” ujarnya, Rabu (6/8/2025).
Ia mengatakan, FEMA sebagai fakultas yang konsisten terhadap isu-isu keberlanjutan harus mampu mencerminkan keunikan tersebut dalam berbagai bidang keilmuan, termasuk pertanian, komunikasi, sosiologi pedesaan, geografi lingkungan, hingga psikologi.
Lebih lanjut, Prof. Arif menegaskan posisi strategis FEMA sebagai ilmu sosial dalam struktur IPB University. Bahkan letaknya sebaris dengan Gedung Rektorat IPB University, yang dijulukinya sebagai think tank (pusat pemikiran) seperti West Wing di Gedung Putih Presiden Amerika Serikat.

“Jangan lupa, antara Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) dan FEMA itu satu baris. Di samping kanan Rektorat, itu FEMA dan FEM. Jadi, FEMA akan menjadi kawasan ilmu-ilmu sosial masa depan sekaligus think tank-nya Rektorat,” ucapnya.
Selain menyoroti peran FEMA, Prof. Arif juga menekankan pentingnya bersinergi dengan fakultas dan departemen lain, misalnya dengan Fakultas Kedokteran dan Departemen Gizi IPB University. Menurutnya, kekuatan IPB di bidang Gizi dan Kedokteran juga harus dibangun melalui pendekatan yang unik dan kekinian.
Dua pendekatan utama yang harus menjadi fondasi, dikatakan Prof. Arif antara lain genomik dan pendekatan berbasis komunitas. Keduanya menjadi benang merah dalam pengembangan keilmuan Gizi dan Kedokteran di IPB ke depan.
“Kita dorong agar Gizi dan Kedokteran bersatu membangun kekuatan, dengan pendekatan seperti genomik yang kini semakin berkembang. IPB sangat kompeten berbicara dari yang paling kecil, seperti DNA, hingga yang paling besar, seperti space dan isu-isu keberlanjutan,” jelasnya.

