Dorong Ketahanan Pangan Global, Rektor IPB Tegaskan Pentingnya Integrasi Laut dan Darat

Screenshot

Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria menekankan pentingnya integrasi sistem pangan berbasis daratan dan kelautan untuk menjawab tantangan ketahanan pangan global dan kesehatan laut. Hal ini disampaikan dalam The 5th International Conference on Integrated Coastal Management and Marine Biotechnology (ICMMBT) 2025 yang digelar di Yogyakarta, Rabu (30/7).

Konferensi ICMMBT 2025 diikuti lebih dari 100 peserta dari 13 negara, yang hadir untuk berbagi wawasan dan membangun kolaborasi demi masa depan pangan dan laut yang berkelanjutan.

“Indonesia tidak hanya kuat karena daratannya atau lautannya. Kekuatan kita justru terletak pada integrasi keduanya. Di IPB University, visi ini kami sebut sebagai Agromaritim 4.0,” ujar Prof. Arif.

Dengan potensi 70 juta hektare lahan pertanian dan 325 juta hektare wilayah laut, Indonesia diyakini memiliki posisi strategis untuk menjadi pusat pangan dunia. Menurut Prof. Arif, konferensi ICMMBT menjadi forum penting untuk membentuk masa depan pesisir, lautan, dan Blue Food Nexus yakni konsep pertemuan antara pangan, iklim, keanekaragaman hayati, dan mata pencaharian.

Tema ICMMBT tahun ini ialah “Blue Food Nexus: Memanfaatkan Solusi untuk Ketahanan Pangan Global dan Kesehatan Laut”, menjadi ajakan untuk memikirkan ulang sistem pangan dengan mengintegrasikan solusi berbasis darat dan laut.

Sebagai universitas agromaritim terkemuka, IPB University disebut memiliki posisi unik dalam mendorong transformasi ini. Prof. Arif memaparkan sejumlah inovasi kampus, mulai dari pertanian digital dan akuakultur cerdas, bioteknologi kelautan (seperti rumput laut dan spirulina), hingga pengembangan karbon biru dan model ketahanan pesisir.

“Inovasi kami seperti drone bawah air, biosensor untuk kesehatan laut, hingga prototipe pangan berbasis laut bukan sekadar eksperimen. Ini bagian dari strategi nasional dan global untuk aksi iklim, nutrisi, dan pemberdayaan ekonomi,” jelasnya.

IPB University juga mendorong pendekatan interdisipliner dan transdisipliner melalui peluncuran program-program seperti Kecerdasan Buatan, Pertanian Cerdas, dan Bioinformatika, yang menyasar solusi nyata terhadap tantangan dunia melalui kolaborasi lintas sektor. Prof. Arif menyebut, IPB kini menempati posisi teratas di Indonesia dalam THE Interdisciplinary Science Rankings 2025.

Transformasi IPB menjadi Universitas Innopreneur juga terus dipercepat. Fokus diarahkan pada riset berdampak, kemitraan dengan industri dan masyarakat, serta penguatan kapasitas agromaritim, termasuk pengembangan pusat ketahanan pangan dan gizi berbasis desa.

“Jadikan ini lebih dari sekadar konferensi. Sebuah ruang di mana terobosan sains mengarah pada perubahan akar rumput, dan di mana Blue Food Nexus menjadi sebuah gerakan, bukan sekadar tema,” ucapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *